Minggu, 23 November 2014
Penting Ga sih di adakannya Ujian Nasional?
19.26 | Diposting oleh
dewi nur anjani |
Edit Entri
Ujian Nasional yg lebih dikenal dengan nama UN di tahun 2014 ini
sedang mewabah para murid yg akibatnya menjadi GILA! Disini gue mau koar
koar geje lah ya.
Apa sih pandangan elu tentang UN?
UN itu sebuah ujian dimana kita yg belajar 3 tahun ditentukan 3/4
hari! Gak adil kan? So pasti. Gue capek capek ngejar guru untuk dapat
nilai yg gue kira bisa membantu kelulusan gue,eh malah ditentukan sama
3/4 pelajaran dan soalnya diluar batas kemampuan gue sendiri.
Kenapa elu benci banget dengan kata “UN”?
Gue benci pada Ujian Nasional karena adanya penyetaraan kemampuan
murid di seluruh Indonesia yg SEBENARNYA mendikbud ini tidak tau
bagaimana tingkat pendidikan di Jawa Barat, di Kalimantan Timur, di
Sumatera Utara, di Papua. Dia hanya ingin terus mencetak murid murid yg
memiliki kemampuan sama dan sesuai YANG DIA HARAPKAN!
Udah benci UN kenapa elu benci juga dengan mendikbud?
Jujur saja,gue gak terlalu benci adanya UN tapi gue benci banget
dengan menteri pendidikan sekarang yg bernama Mohammad Nuh. Pendapat
gue,dia itu pemikirannya masih kolot atau tua. Pemikirannya bukan
membuat sistem pendidikan menjadi lebih baik tetapi menjadi semakin
buruk!
Yaudah,gue ceritakan aja awal gue kenapa sih benci dengan UN dan menjadikan gue sendiri sebagai orang yg tidak jujur.
Gue dari kelas 1 SD hingga 6 SD selalu diterapkan oleh orang tua
untuk menjadi orang jujur. Gue percaya dulu tuh kalau gue jujur,pasti
orang tua gue gak marah karena dia mengerti kenapa gue melakukan
kesalahan tersebut. Saat gue ujian juga,gue selalu ingin terus
melakukannya dengan jujur. Dan saat gue melaksanakan ujian nasional di
SD dulu,gue melakukannya dengan jujur. Gue belajar full sehari demi UN
ini. Akhirnya gue lulus dengan NEM yg sangat memuaskan bagi gue dan
orang tua gue yaitu 25,90. Mungkin bagi kalian kecil tapi menurut orang
yg melakukannya dengan jujur dan memiliki niat pasti adalah hasil yg
memuaskan.
Skip kita menuju masa SMP gue. Awal awal di SMP ini,gue masih menjadi
seseorang yg jujur. Hehehe. Ulangan ulangan masih bisa lah gue kerjain
sendiri tanpa menyontek. Tetapi semua berubah saat gue kesal dengan
teman teman gue ada yg menyontek di ujian semester 2 SMP gue. Dan
tentunya hasil yg nyontek lebih besar daripada gue yg belum pernah
menyentuh kata “menyontek” pada saat itu. Mindset gue sebagai anak yg
terosebsi dengan juara tanpa menyontek berubah menjadi (pasti lebih)
juara dengan menyontek. Ulangan dan ujian selanjutnya pun gue kerjakan
dengan menyontek. Hampir tugas pun gue menyontek juga. Dan disaat gue
melaksanakan UN SMP kemarin,gue ingat sekali saat itu dimana gue
mendapat kabar bahwa guru di sekolah gue sudah bersepakat dengan guru
sekolah lain untuk membiarkan murid muridnya menyontek. Maksud
membiarkan menyontek disini adalah murid akan dibagikan kunci jawaban
dan si murid pasti akan mencari ide untuk “bagaimana gue bisa lihat
contekan ini?” “mau gue tulis dimana biar gampang dilihat?” kan?
Nah,disaat UN dimulai,para murid mulai mencontek kunci jawabannya masing
masing entah disimpan di kaus kaki,di dalam dasi,ataupun di tangannya
dan para pengawas dari sekolah lain itu “menjadi pura pura” gak tau apa
yg dilakukan murid tersebut. Ohiya,kenapa pengawasnya dari guru sekolah
lain? Itu emang sistemnya jadi kurang tau alasan pastinya.
Dan gue lulus dengan NEM 34,75. Rendah bagi pecontek seperti gue ini
tetapi memuaskan bagi orang orang yg melakukannya dengan jujur. Entah
kenapa,gue kecewa dan gak sebahagia seperti saat mendapat NEM di SD gue.
Lanjut lagi. Dan itulah yg menjadikan saya menjadi pecontek dan
kurang jujur melakukan apapun. Di SMK pun sama. Hampir segala jenis
ulangan dan ujian gue lakukan dengan melihat kunci jawaban atau melihat
jawaban teman.
Terus apa hubungan cerita elu sama kebencian elu terhadap UN?
Gue tau pendidikan itu penting. Gue tau banget itu. Tetapi bagi gue
ada celah besar kesalahan di sistem pendidikan Indonesia. Teman gue yg
mencontek saat itu pernah mengatakan dia memulai kegiatan cheating ini
karena takut dia gak lulus dan membuat orang tuanya malu. Dan disaat gue
mengerjakan UN pun merasakan hal yg sama dimana gue ketakutan tidak
lulus tetapi gue malah mengantisipasinya dengan cara yg salah……dengan
menyontek.
Kesimpulannya adalah murid SD atau anak yg berumur 6 – 12 tahun itu
bisa dan mudah diajarkan untuk menjadi jujur tetapi kejujuran itu akan
dihancurkan secara mudah dengan adanya mindset baru “GUE GAK LULUS? APA
KATA DUNIA!” pada saat anak itu mulai menginjak dan melaksanakan UN SMP
maupun SMA. Maksud gue,UN ini sudah menjadi penentu segalanya. Perguruan
tinggi,melanjutkan tingkat sekolah lebih tinggi,bekerja,gengsi,dll.
Tentu para murid akan ketakutan jika sudah disuntikkan mindset buruk
buruk “jika kamu tidak lulus …..” seperti ini.
Cerita diatas yg baru gue ceritakan adalah kisah nyata. Ohiya,jangan
dicontoh menconteknya ya karena itu membuat kamu menjadi orang yg kurang
percaya diri dan tidak jujur. Untuk part 2 ditunggu aja.
Terima kasih sudah membaca :)
sumber : https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1302844232336485738#editor/target=post;postID=2795953581204529619
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar