Minggu, 23 November 2014

PostHeaderIcon Penting Ga sih di adakannya Ujian Nasional?


Ujian Nasional yg lebih dikenal dengan nama UN di tahun 2014 ini sedang mewabah para murid yg akibatnya menjadi GILA! Disini gue mau koar koar geje lah ya.
Apa sih pandangan elu tentang UN?
UN itu sebuah ujian dimana kita yg belajar 3 tahun ditentukan 3/4 hari! Gak adil kan? So pasti. Gue capek capek ngejar guru untuk dapat nilai yg gue kira bisa membantu kelulusan gue,eh malah ditentukan sama 3/4 pelajaran dan soalnya diluar batas kemampuan gue sendiri.
Kenapa elu benci banget dengan kata “UN”?
Gue benci pada Ujian Nasional karena adanya penyetaraan kemampuan murid di seluruh Indonesia yg SEBENARNYA mendikbud ini tidak tau bagaimana tingkat pendidikan di Jawa Barat, di Kalimantan Timur, di Sumatera Utara, di Papua. Dia hanya ingin terus mencetak murid murid yg memiliki kemampuan sama dan sesuai YANG DIA HARAPKAN!
Udah benci UN kenapa elu benci juga dengan mendikbud?
Jujur saja,gue gak terlalu benci adanya UN tapi gue benci banget dengan menteri pendidikan sekarang yg bernama Mohammad Nuh. Pendapat gue,dia itu pemikirannya masih kolot atau tua. Pemikirannya bukan membuat sistem pendidikan menjadi lebih baik tetapi menjadi semakin buruk!
Yaudah,gue ceritakan aja awal gue kenapa sih benci dengan UN dan menjadikan gue sendiri sebagai orang yg tidak jujur.
Gue dari kelas 1 SD hingga 6 SD selalu diterapkan oleh orang tua untuk menjadi orang jujur. Gue percaya dulu tuh kalau gue jujur,pasti orang tua gue gak marah karena dia mengerti kenapa gue melakukan kesalahan tersebut. Saat gue ujian juga,gue selalu ingin terus melakukannya dengan jujur. Dan saat gue melaksanakan ujian nasional di SD dulu,gue melakukannya dengan jujur. Gue belajar full sehari demi UN ini. Akhirnya gue lulus dengan NEM yg sangat memuaskan bagi gue dan orang tua gue yaitu 25,90. Mungkin bagi kalian kecil tapi menurut orang yg melakukannya dengan jujur dan memiliki niat pasti adalah hasil yg memuaskan.
Skip kita menuju masa SMP gue. Awal awal di SMP ini,gue masih menjadi seseorang yg jujur. Hehehe. Ulangan ulangan masih bisa lah gue kerjain sendiri tanpa menyontek. Tetapi semua berubah saat gue kesal dengan teman teman gue ada yg menyontek di ujian semester 2 SMP gue. Dan tentunya hasil yg nyontek lebih besar daripada gue yg belum pernah menyentuh kata “menyontek” pada saat itu. Mindset gue sebagai anak yg terosebsi dengan juara tanpa menyontek berubah menjadi (pasti lebih) juara dengan menyontek. Ulangan dan ujian selanjutnya pun gue kerjakan dengan menyontek. Hampir tugas pun gue menyontek juga. Dan disaat gue melaksanakan UN SMP kemarin,gue ingat sekali saat itu dimana gue mendapat kabar bahwa guru di sekolah gue sudah bersepakat dengan guru sekolah lain untuk membiarkan murid muridnya menyontek. Maksud membiarkan menyontek disini adalah murid akan dibagikan kunci jawaban dan si murid pasti akan mencari ide untuk “bagaimana gue bisa lihat contekan ini?” “mau gue tulis dimana biar gampang dilihat?” kan? Nah,disaat UN dimulai,para murid mulai mencontek kunci jawabannya masing masing entah disimpan di kaus kaki,di dalam dasi,ataupun di tangannya dan para pengawas dari sekolah lain itu “menjadi pura pura” gak tau apa yg dilakukan murid tersebut. Ohiya,kenapa pengawasnya dari guru sekolah lain? Itu emang sistemnya jadi kurang tau alasan pastinya.
Dan gue lulus dengan NEM 34,75. Rendah bagi pecontek seperti gue ini tetapi memuaskan bagi orang orang yg melakukannya dengan jujur. Entah kenapa,gue kecewa dan gak sebahagia seperti saat mendapat NEM di SD gue.
Lanjut lagi. Dan itulah yg menjadikan saya menjadi pecontek dan kurang jujur melakukan apapun. Di SMK pun sama. Hampir segala jenis ulangan dan ujian gue lakukan dengan melihat kunci jawaban atau melihat jawaban teman.
Terus apa hubungan cerita elu sama kebencian elu terhadap UN?
Gue tau pendidikan itu penting. Gue tau banget itu. Tetapi bagi gue ada celah besar kesalahan di sistem pendidikan Indonesia. Teman gue yg mencontek saat itu pernah mengatakan dia memulai kegiatan cheating ini karena takut dia gak lulus dan membuat orang tuanya malu. Dan disaat gue mengerjakan UN pun merasakan hal yg sama dimana gue ketakutan tidak lulus tetapi gue malah mengantisipasinya dengan cara yg salah……dengan menyontek.
Kesimpulannya adalah murid SD atau anak yg berumur 6 – 12 tahun itu bisa dan mudah diajarkan untuk menjadi jujur tetapi kejujuran itu akan dihancurkan secara mudah dengan adanya mindset baru “GUE GAK LULUS? APA KATA DUNIA!” pada saat anak itu mulai menginjak dan melaksanakan UN SMP maupun SMA. Maksud gue,UN ini sudah menjadi penentu segalanya. Perguruan tinggi,melanjutkan tingkat sekolah lebih tinggi,bekerja,gengsi,dll. Tentu para murid akan ketakutan jika sudah disuntikkan mindset buruk buruk “jika kamu tidak lulus …..” seperti ini.
Cerita diatas yg baru gue ceritakan adalah kisah nyata. Ohiya,jangan dicontoh menconteknya ya karena itu membuat kamu menjadi orang yg kurang percaya diri dan tidak jujur. Untuk part 2 ditunggu aja.
Terima kasih sudah membaca :)
sumber : https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=1302844232336485738#editor/target=post;postID=2795953581204529619

0 komentar:

Posting Komentar

Statistik

Jam

Pengikut

About Me

Foto Saya
dewi nur anjani
Lihat profil lengkapku
Chococat is a registered trademark of Sanrio Co., Ltd. ("Sanrio"), and the images are copyrighted by Sanrio.